Tidak Ada Sepak Bola Seharga Nyawa Manusia

 Muhammad Taufiq 
ketua Rayon PAI AL- Asy'ari 


Sepak Bola sejatinya ialah keindahan, namun sering kali terjadi konflik suporter sepak bola yang disebabkan oleh fanatisme terhadap tim kesebelasan favoritnya. Kecintaan yang berlebihan ini tak jarang menimbulkan bentrokan suporter baik di dalam stadion maupun di luar stadion.


Dunia sepak bola kembali di guncangkan oleh tragedi Stadion Kanjuruhan. Jumlah korban tewas 130 orang dalam tragedi Kanjuruhan adalah yang terbanyak dalam sejarah sepak bola Indonesia. Malah, menurut data Save Our Soccer (SOS), sebelumnya total korban tewas dalam sejarah sepak bola Indonesia mencapai 78 orang, yang terjadi dalam periode 1995 hingga 2022. Artinya, angka kematian dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan bahkan jauh melebihi total korban tewas dalam sejarah sepak bola Indonesia sebelumnya. Selain itu, bukan hanya 130 orang tewas, 180 orang lainnya mengalami luka-luka akibat insiden mengerikan tersebut. Tragedi di Stadion Kanjuruhan ini pun masuk kejadian paling mematikan dalam sejarah sepak bola dunia. Bahkan dengan angka 130 orang tewas itu, tragedi ini langsung berada di urutan kedua daftar kejadian paling mematikan dalam sejarah sepak bola dunia.

Padahal sejak awal panitia khawatir akan pertandingan ini dan meminta kepada LIB agar pertandingan dapat di selenggarakan sore hari agar meminimalisir resiko. Tetapi sayangnya pihak Liga menolak permintaan tersebut dan tetap menyelenggarakan pertandingan pada malam hari

Pertandingan antara Arema Vs Persebaya berjalan lancar hingga selesai, kerusuhan terjadi setelah pertandingan dimana terdapat suporter memasuki lapangan kemudian di tindak oleh aparat. Ketika suporter makin banyak ke lapangan, justru aparat melakukan penembakan gas air mata ke tribun yang masih banyak dipenuhi oleh penonton.

Harusnya setiap kerusuhan, aparat tidak perlu menggunakan kekuatan yang berlebihan ( excessive use force ) melalui penggunaan gas air mata dan pengendalian massa yang tidak sesuai dengan prosedur. Padahal sudah jelas dalam Regulasi FIFA Stadium Safety and Security Regulation Pasal 19 menegaskan bahwa penggunaan gas air mata dan senjata api dilarang untuk mengamankan massa di dalam stadion. Kalau para penonton atau suporter di gas air mata jika ada kerusuhan, mereka pasti berlarian secara berdesak-desakan mencari pintu keluar, sesak nafas, pingsan, dan saling bertabrakan.

Kemudian Presiden Joko Widodo memerintahkan PSSI untuk menyetop sementara kompetisi Sepak Bola Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan dilakukan. Evaluasi ini hanya klise jika dipermukaan saja, apalagi kalau reaksi hanya dengan liga berhenti sesaat lalu berlanjut seperti sedia kala, se akan-akan semuanya baik-baik saja. Ratusan nyawa yang hilang, satu nyawa saja berharga apalagi ini. Bukan lagi tragedi bagi sepak bola Indonesia, tetapi duka bagi bangsa Indonesia.

0 Komentar