Setidaknya Hargai Perempuan Sebagai Manusia


 

   Dilla Safitri Wulandari
         Sekretaris Rayon MPI MAFAZA

Pelecehan seksual kembali lagi terjadi pada perempuan. Maraknya berita saat ini bahwa ada siswi yang sedang PKL di Pelabuhan Fery Labuan yang berinisial WA (17 tahun) telah diperkosa 3x dalam semalam oleh pria yang baru menikah pada bulan agustus lalu yang berinisial LO (30 tahun) yang bekerja sebagai honorer Dishub Sultra. Pelaku melakukan hal tersebut dengan modus ajak mengambil makanan di rumah pelaku untuk diberikan korban dan temannya yang belum makan. Pelaku melancarkan aksi bejatnya dengan mengancam dan memperkosa korban di sebuah kebun di kecamatan Wakorumba Utara yang gelap gulita.

 

Lagi dan lagi pelecehan terjadi kepada perempuan, banyak asumsi yang menyalahkan kepada perempuan saat ini adapula anggapan seperti ini : " makanya jangan ganjen", "sok cantik sih", "pakaiannya ketat begitu", "udah tau jalan sepi malam masih aja dilewati". Disaat situasi seperti ini kenapa harus perempuan yang disalahkan bahkan tak pernah mereka mengharapkan kejadian seperti ini terjadi pada dirinya. Dari banyaknya kasus kita perlu belajar respect bagaimana perempuan bergerak di ruang yang bebas dan tidak terbatas, dan selayaknya laki laki menjadi ruang aman dimana pun berada tidak menjadikan perempuan sebagai objek seksual. bahkan kasus diatas tertera siswi yang sedang PKL bahwasannya diluar sekolah yang tidak terpantau dari keluarga dan pihak sekolah, mereka berinteraksi dengan orang asing dengan kepolosan korban dengan motif memberikan makanan padahal disitu ada kebusukan yang terencanakan oleh predator seksual itu bahkan sampai 3x dalam semalam. Seharusnya menjadi motivator dalam dunia PKL siswi tsb malah justru beralih menjadi predator seksual.

 

Dari 8 sampai 10 perempuan di Indonesia pernah mengalami pelecehan di ruang public,Sementara mitos itu berkata pelecehan seksual hanya terjadi pada perempuan yang sedang sendiri, keluar malam hari, jalan di tempat sepi, berbusana mini dan lain-lain. Siapa bilang? Data menunjukan sebagian besar pelecehan masih menyasat perempuan tapi coba pahami, lokasi yang paling banyak dijadikan sasaran tindak pelecehan seksual itu seperti jalanan umum, transportasi publik, sekolah dan kampus, tempat bekerja dan semuanya adalah ruang publik. Ternyata paling tinggi tindak kekerasan terjadi itu bukan pada malam hari tapi terjadi di siang hari tanpa gelap memberikan kesempatan untuk sembunyi ditambah lagi dengan jenis pakaian korban

 

Secara statistik pakaian bukanlah faktor signifikan, jadi sudahilah perbincangan pelecehan seksual yang berangkat dari ketelanjangan dan semena mena menghakimi korban. Faktanya siapapun bisa menjadi sasaran pelecehan. Ada juga bentuk pelecehan yang sering terjadi di masyarakat sekitar seperti cathcalling, stalking, paksaan kencan, pertanyaan pribadi yang intensif, pelecehan di dunia maya seperti komentar yang mencuah dan tidak layak.

 

Perlu diketahui pelecehan seksual ini bukan sebatas tentang angka korban tapi juga sebagai batu sandungan bagi sepat tendang perempuan. Kita perempuan jadi terbatas ruang geraknya, diciutkan nyalinya, di pasung ekspresinya, di bebankan langkahnya dan dibuat bertanya tanya apakah masih berharga diri ini?. Seharusnya yang menjadi tempat atau ruang aman bagi mereka wanita yang belajar atau pun kerja itu bisa terlindungi dan gerak bebas tanpa adanya rasa ketakutan, kekhawatiran, dan ketidakpercayaan diri bagi siapa saja. Bahkan hal seperti itu terjadi begitu saja dihadapan kita, sementara kita hanya menjelma sepasang mata yang terpaku, terkejut, ketakutan, bimbang atau seperti yang terdata 91% dari kita tidak melakukan apapun karena tidak tau harus berbuat apa.

 

Adapun cara 5D yang bisa melindungi diri dari pelecehan yaitu Ditegur, Dialihkan, Dilaporkan, Dibijaki, Direkam. Semua ituu dilakukan dengan rasa keberanian dan ketidak tegasan mengenai ketidaksukaan perilaku orang terhadap kita karena rasa tidak nyaman itu bahwasannya membela hak diri sendiri untuk menghindari diri dari predator seksual. Semoga pengetahuan ini menciptakan kesanggupan mengendurkan kebungkaman, tidak pernah ada istilah orang asing ketika yang dibutuhkan dari mereka yaitu rasa aman, terlindungi ,dan sikap saling menjaga karena kita semua berharga.


0 Komentar