Diskusi dilaksanakan di Sekretariat PMII Kutai Timur mulai pukul 19.30-22.00 WITA, dengan tema “Trend Hijrah di Kalangan Pemuda Muslim Dalam Peta Politik Gerakan Islam Transnasional”. Selasa, 25 Agustus 2020.
Kaliman, sebagai narasumber diskusi mengatakan, trend hijrah dikalangan pemuda muslim, dewasa ini merupakan sesuatu yang baik dan mulia, karena adanya keinginan untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik. Namun, menjadi masalah jika "hijrah" ditunggangi oleh gerakan radikalisme agama/islam transnasional. Gerakan Islam transnasional sendiri merupakan suatu ideologi/faham keagamaan yang melewati batas-batas teritorial suatu negara, yang dalam visi besar gerakannya fokus pada pemurnian ajaran islam serta berusaha mendirikan negara khilafah Islamiyyah dalam satu kepemimpinan tunggal, seperti gerakan Wahabi Salafi, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dan kelompok Islam lainnya.
"Trend hijrah pada pemuda muslim harus disambut dengan baik, menjadi masalah jika yang sudah "hijrah" mengklaim dirinya paling benar dari pada kelompok yang berbeda faham dengan dirinya," ujar Kaliman, yang juga seorang pengajar di SMAN 1 Sangatta Utara.
Beliau juga menambahkan, Indonesia sendiri sebagai negara yang majemuk merupakan pasar yang subur dalam tumbuh dan berkembangnya faham islam yang ekstrimis. Oleh sebab itu, PMII sebagai pemuda muslim yang moderat harus mampu melakukan counter ideologi dengan model gerakan PMII sendiri. Beliau juga berharap PMII Kutim lebih menguatkan kajian Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah dan kajian kebangsaan, agar lebih matang dalam perang wacana dengan kelompok radikalisme agama.
Bahri, selaku ketua Rayon Briun Ekonomi Syari'ah mengatakan, dilaksanakannya diskusi ilmiah ini, diharapkan dapat memberikan basis pengetahuan yang lebih kuat terhadap kader dan anggota PMII Kutim dalam mengcounter gerakan islam yang ekstrimis.
"Semoga dengan diskusi ini, sahabat-sahabat PMII Kutim lebih menguatkan basis di internal PMII dan lebih massif dalam memanfaatkan penggunaan media sebagai sarana dakwah Islam Ahlusunnah Waljamaah An-Nahdiyah, untuk mencegah pertumbuhan faham ideologi Islam yang ekstrim di Indonesia, lebih khusus di Kutai Timur," tutup Bahri. (Ald).
0 Komentar