Asal Usul Penindasan Perempuan

pmiikutim.or.id,-Pada sejarahnya Morgan telah membedah sejarah perkembangan masyarakatnya, yaitu terdapat 3 babak zaman; zaman kebuasan, zaman kebiadaban (barbar), dan zaman peradaban. Morgan mengidentifikasikan pada setiap babak zaman penekanannya terhadap alat produksi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok manusia, yaitu "pangan".

Morgan sebagai antropolog yang diamini oleh Engels terhadap penelitiannya dengan diterbitkannya buku "Asal Usul Keluarga, Negara, dan Kepemilikan Pribadi", kalau kita bedah ke 3 babak zaman tersebut pembeda pada zaman kebuasan dan barbar adalah seperti perkembangan zaman komunal primitif ke zaman perbudakan menurut sejarah perkembangan masyarakat - Karl Marx.

Pada zaman kebuasan yang kita ketahui mulai dari manusia yang tidak mempunyai alat produksi sampai pada tahap menemukan alat produksi yang sederhana yaitu tombak dan panah untuk kebutuhan dalam aktivitas produksinya (mencari pangan) terlihat tidak ada perbedaan pembagian kerja pada kaum laki-laki maupun perempuan, 

Kemudian zaman berganti karena faktor alam yaitu diluar kendali manusia itu sendiri yaitu zaman es mencair. Banyak makhluk hidup yang mengalami seleksi alam, maka kehidupan pun mulai barbar, banyak terjadi penguasaan manusia atas daerah yang mereka tempati karena tempat tinggal mereka sudah tak seleluasa dulu, penguasaan manusia antar manusia tak terelakan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, alat produksi pun ikut berubah seiring dengan perkembangan zaman dan kreatifitas manusia itu sendiri, yaitu dengan ditemukannua tembikar dan per-api-an yang dibuktikan dengan kehidupan manusia yang lebih banyak tinggal di pinggir sungai.

Tetapi ada yang perlu diketahui yaitu pada zaman barbar tahap tengah, ketika beternak sebagai pengganti alat produksi demi kehidupan sehari-harinya, terjadi PENDOMESTIKAN yaitu pembagian kerja pada kaum laki-laki dan perempuan.

Biasanya perempuan dan laki-laki sama-sama terlibat langsung dalam aktivitas produksinya, pada babak ini terdapat pembagian kerja; yaitu laki-laki yang terlibat langsung dengan aktivitas produksinya (bertemu langsung dengan alat produksi) sedangkan perempuan mengerjakan hal yang bersifat domestik (menyiapkan masakan untuk laki-laki di rumah, merawat anak, dan lain lain). 
Pada saat inilah terbentuknya keluarga inti yang muncul dan terwariskan hingga kini  yaitu; ayah, ibu dan anak. 

Beriringan dengan terbentuknya keluarga dan pedomestikasian terbentuklah budaya patriarki yang kita kenal sampai hari ini,  karena pada awalnya ketergantungan kaum perempuan pada laki-laki atas basis perekonomiannya hingga merembet kepada basis budaya serta politik.

Sampai pada titik akhir di zaman barbar manusia telah mengenal nilai surplus dan kepemilikan pribadi sehingga membutuhkan pasar untuk restribusi dan menghasilkan keuntungan dan mengembalikan modal mereka. Pada zaman peradaban pun penindasan perempuan semakin tak terelakan dengan masuknya tatanan kehidupan dan corak produksi yang sudah berbeda yang semakin maju Negara pun turut hadir untuk mengamankan surplus yang ada. 

Perempuan semakin bergantung terhadap kaum laki-laki, karena kebutuhan ekonominya hanya bisa dipenuhi atas laki-laki yaitu efek sudah terbiasa untuk tidak melakukan aktivitas produksi seperti dahulu; sehingga ada stigma perempuan itu lemah, tidak percaya diri untuk tampil dalam hal layak publik (minder).

Tak kalah massivnya sistem Imperialisme-Kapitalisme memanfaatkan budaya patriarki untuk menjadikan perempuan sebagai komoditas dari mulai kepala sampai kakinya. Maka dari itu perjuangan perempuan adalah perjuangan kebudayaan melawan budaya patriarki, dan pembebasan nasional dari belenggu Imperialisme-Kapitalisme, dapat saya katakan disini bahwa penindasan kaum perempuan berarti berlipat ganda.

Perempuan harus kembali melakukan aktivitas produksinya dengan merebut alat produksi dengan arti pembebasan nasional, ataupun pekerjaan domestiknya menjadi sebuah hal yang diperhitungkan sebagai aktivitas produksi karena hari ini negara menganggap pekerjaan domestik sebagai hal yang remeh dan tidak perlu diperhitungkan sehingga menjadi celah untuk Imperialisme-Kapitalisme untuk mengambil surplus kembali..

Perempuan bersama laki-laki turut melaksanakan pembebasan nasional dengan watak yang demokratis untuk menghancurkan budaya patriarki yang terus menggerogoti kebebasan kaum perempuan, karena menurut Lenin "syarat dari revolusi adalah pembebasan perempuan". 
Wallahualam.

Ditulis Oleh Siti Saijah, Anggota PMII Rayon Beriun EKIS angkatan 2018.

0 Komentar