Tangkal Paham Radikal, Rayon Syariah Siap Gelar Sekolah Aswaja




PMII News-Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Syari’ah STAI Sangatta akan mengadakan sekolah aswaja. Dengan tema “Mengukuhkan nilai-nilai Aswaja sebagai ruh pergerakan”. Agenda tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 11-12 Maret mendatang yang bertempat di Gedung LDNU Kabupaten Kutai Timur.

Agenda tersebut bermaksud membekali para kader tentang aswaja sebagai cara berfikir dan bergerak. Hal itu disampaikan oleh ketua Rayon sahabat Abdul Rahman “ kami berharap sekolah Aswaja ini bisa memberikan pemahaman islam yang sesuai dengan kaidah Ahlussunnah Wal Jamaah agar tidak dibawa oleh arus pemahaman yang radikal seperti wahabi”. Selain itu, sekolah ini juga untuk menanamkan nilai-nilai aswaja An-Nahdliyah kedalam diri anggota lanjut beliau.

Peserta sekolah aswaja lebih di khususkan untuk para anggota sekitar yang berada di wialayah rayon, baik Syariah maupun Tarbiyah. Pembatasan ini dilakukan karena melihat banyaknya kader yang berminat mengikuti agenda tersebut. Selain itu, pematangan idiologi di structural Rayon dan pasca Rayon yang lebih diperkuat untuk menginisiasi di tingkat rayon.

Dasar Pemikiran

Indonesia dengan segala pluralitasnya memiliki berbagai tantangan untuk menerjamahkan nilai-nilai idiologi negara yaitu pancasila. Negara yang berdiri sejak tahun 1945 ini bukan negara yang menggunakan landasan syariah dalam konstitusinya. Padahal jikalau melihat rasio dari jumlah penduduk, Indonesia hampir 90 persennya adalah muslim.

Sikap inilah yang diambil oleh tim perumus Piagam Jakarta, diantaranya para Kiai NU yang menunjukkan sikap moderat. Beliau-beliau menyadari betul bahwa lanskapnation-state negeri kita adalah bangsa yang majmuk, berkeragaman budaya, suku dan agama. Diputuskanlah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

NU berpandangan, Islam tidak perlu diformalisasikan dalam bentuk negara, namun cukup menjadi laku etik para pemeluknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mencontoh pada apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat berada di kota Madinah, yang menjadikan kota tersebut sebagai pusat pemerintahan, dakwah keagamaan dan pembangunan akhlaqulkarimah masyarakat.

Proses dialog harmonis antara agama dan realitas sosial akan mewujudkan tata masyarakat yang saling menghargai dan damai. Strategi dakwah seperti ini yang dilakukan oleh Walisongo, terjaga oleh pondok-pondok pesantren di bawah naungan para Kiai, dan terserap di setiap jiwa penduduk muslim kita. Sehingga amat disayangkan apabila hari ini ada yang mencoba mengusik keadaan tersebut.

Gus Dur pernah berpesan bahwa “Kita butuh Islam Ramah, bukan Islam Marah”. Yang lebih berbahaya lagi yaitu agenda politik mereka yang sebenarnya ingin menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam untuk mewujudkan kembali Khilafah Islamiyyah di dunia. Padahal sejarah telah memcatat tidak ada Negara Islam yang mampu langgeng dan bertahan melewati arus modernisasi seperti saat ini.

Oleh karenanya, diharapkan setelah mengikuti sekolah aswaja para kader PMII mampu ikut berjuang dalam menjawab tantangan dan menjaga serta melestarikan apa yang telah diajarkan oleh para pendahulunya. Internalisasi nilai dan ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah (disingkat Aswaja) wajib untuk dilakukan saat ini. Aswaja harus dipahami secara kaffah, mulai dari aspek sejarah, landasan teologis, nilai dan ajaran keseharian sampai pada upaya perwujudan peradaban umat muslim di masa depan.(Fz)

0 Komentar