KOPRI PC PMII Kutim Giatkan Literasi Perempuan Yang Bertajuk “Women Read Day”


pmiikutim.or.id,-Pada sore hari Senin, 22 Februari 2021 bertempat di Sekretariat Gg. Daya Karya sekelompok aktivis PMII Kutai Timur saling mengutarakan pandangannya. Kegiatan tersebut bertajuk “Women Read Day” yang diselenggarakan oleh tim kaderisasi Kopri PC PMII Kutai Timur. Kegiatan tersebut di awali dengan membaca buku selama kurang lebih dua puluh menit, setelah itu masing-masing mempresentasikan isi dari lembaran buku yang dijamahnya. 

Pembahasan diawali oleh Sahabat Gustian, Ketua 3 Bidang Keagamaan PMII Kutim dengan mengangkat kajian Fiqih Munakahat yang mengkaji tentang hukum atau perundang-undangan ilmu Islam yang khusus membahas pernikahan (perkawinan), dan  berhubungan dengannya, seperti cara meminang, walimatul arusy, thalaq, rujuk, tanggung jawab suami istri dan lain-lain yang berdasarkan Al-Qur'an, Hadis, ijma', dan qiyas. Pernikahan atau perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt, sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.

Lebih jauh Andi Arba Oktavia menekankan bahwa Pernikahan dipandang sebagai satu momen penting dalam kehidupan. Oleh sebab itu, masalah pernikahan ini diatur cukup ketat dan detail, Tujuan yang diharapkan dari pernikahan adalah terdapat dalam Surat Ar-Rum ayat 30, “Supaya tercipta ketenangan bagi kalian, serta dijadikan rasa cinta dan kasih sayang. Salah satu ketentuan yang dibahas dalam fiqih pernikahan adalah kafa'ah/ Kufu. Kafa'ah secara harfiah artinya persamaan, atau kesebandingan. Dalam fiqih, kafa'ah diartikan sebagai persamaan derajat antara suami dan istri, dengan harapan tercipta keharmonisan rumah tangga dan pasangan yang ideal.

Dari pengatar buku yang dibahas, sahabat Zambohari memilih buku “Hidup itu harus Pintar Ngegas & Ngerem” karya Emha Ainun Nadjib, seorang Budayawan yang melagenda di Nusantara, dalam buku tersebut diutarakan bahwa segala sesuatu yang benar itu belum tentu baik, semua tergantu porsi dan kebutuhannya masing-masing. Semua orang memiliki dasar kebenaran yang berbeda, sehingga konteksnya juga akan berbeda. Semua hal bisa disebut benar, namun semua hal memiliki pandangan yang tak sama. 

“Semua bisa menjadi benar, namun belum tentu menjadi baik, artinya ada banyak hal yang benar namun belum tentu hal tersebut baik. Contoh kecilnya ada seseorang yang sedang dirawat di rumah sakit dan di vonis akan meninggal beberapa hari lagi, seorang teman atau keluarga yang menjenguk tidak sepantasnya mengatakan kebenaran bahwa ia tidak lama lagi akan hidup dan disampaikan kepada pasien, kebenaranya bahwa ia dalam kondisi kritis memang valid, namun mengatakan sejujurnya hanya akan membuat pasien mengalami drop secara mental dan kesehatan, sehingga alangkah baiknya tidak perlu di katakan” Tutur Mungawanah menambahkan.

Dalam pengantar buku lain, karya Muhammad Syamlan dengan judul Suara Hati, Syarifah mengutip ayat yaitu “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (hati yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57). “Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga sehingga mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al-Haj: 46).” Dari ayat tersebut Syarifah mencontohkan bahwa ada banyak musibah yang terjadi di negara kita serta bencana alam yang silih berganti, hal tersebut memang tidak lepas dari apa yang telah dikerjakan manusia itu sendiri. 

Andri Winarto juga memiliki pandangan lain mengenai konsep musibah, bahwasanya hal-hal yang terjadi pada manusia itu tidak lain adalah dari perilaku yang dikerjakan mereka sendiri . Tidak sepantasnya sebagai manusia saling menghakimi dan saling menuding serta mengklaim bahwa yang tidak sepemahaman dengannya itu salah contohnya adalah prostitusi yang marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia, pada satu sisi pelacuran banyak terjadi dikarenakan kondisi ekonomi yang mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut Namun masalah benar atau tidaknya,dosa dan pahalanya itu adalah hubungan pribadinya dengan Tuhan sehingga sebagai manusia kita tidak sepantasnya menghakimi mereka. Hal ini sering di dihubungkan dengan konsep musibah yang sering terjadi akhir-akhir ini oleh pemikiran-pemikiran Islam yang terlalu mengedepankan ambisi dan doktrin-doktrin yang kaku. Ini menjadi cerminan bagi sahabat-sahabat PMII bahwasanya kita diajarkan untuk berpikir moderat dan tidak gegabah untuk menilai suatu permasalahan

Masih dalam pandangan yang sama sahabat Rati juga mengatakan bahwasanya dari novel yang ia baca karya Eko Novianto Nugroho, sebagai manusia kita harus mampu berhati-hati dan menilai sesuatu tidak secara instan. Ada kisah yang dicontohkan dalam novel tersebut bahwasanya ada dua tokoh yang berenang di lautan, 2 orang tersebut menyelam. Satu temannya menganggap bahwa teman yang semakin berenang menuju kedalaman adalah hebat padahal ia tidak bisa berenang dan justru tenggelam. Dari contoh kecil tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa hal yang kita anggap bisa padahal kenyataanya tidak. Artinya, dalam hidup ini semuanya bisa menjadi hitam putih, kanan kiri, abu-abu dan perlu kita teliti serta kaji ulang .  

Dari buku Islam dan Ekologi Manusia juga menjelaskan bahwa adanya hubungan yang erat antara lingkungan dan manusia itu sendiri keduanya saling mempengaruhi dan berkaitan sehingga menimbulkan timbal balik yang positif dan bisa pula negatif tergantung bagaimana proses tersebut berlangsung” Tegas Sahabat Risman

Diakhir diskusi, Mungawanah, sebagai pembuka kegiatan Women Read Tersebut,  Menyimpulkan bahwasanya semua yang kita lihat dan semua yang kita pelajari adalah pengetahuan untuk terus kita kaji dan kritisi. Masih banyak lautan ilmu yang perlu kita selami dan dan satu buku bukan berarti satu doktrin pengetahuan namun sebagai pisau analisis  dan alat untuk mengasah bagaimana cara kita berpikir agar lebih menyelesaikan sebuah persoalan dan permasalahan dengan baik. (Muwnh)

2 Komentar