Islam Nusantara Solusi Permasalahan Dunia


JAKARTA – Konferensi Internasional para Pemimpin Islam Dunia atau ISOMIL (International Summit of the Moderate Islamic Leaders) secara resmi dibuka pekan lalu, (09/05) oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, di Jakarta Convention Center (JCC).

“Para pemimpin Islam harus duduk bersama bersatu untuk memikirkan berbagai macam persoalan dunia,” ungkap Kalla dalam pidato pembukaan.

Menurutnya forum konferensi ini harus dijadikan tempat berdiskusi dan berfikir para tokoh Islam dunia untuk menghentikan berbagai macam konflik.

“Meskipun demikian, para pemimpin Islam dunia jangan hanya duduk berdiskusi dalam konferensi akan tetapi juga turun ke masyarakat untuk mencari akar konflik yang ada.” imbuhnya lagi.

Jusuf Kalla juga menyinggung berbagai macam peristiwa teror yang ada di beberapa negara Eropa seperti Prancis dan Belgia merupakan hasil dari pemahaman agama yang tidak menyeluruh. Teror-teror tersebut kebanyakan dilakukan oleh anak muda yang haus akan pemahaman agama dan mendapatkan pemahaman yang keliru.

“Negara-negara lain bisa mencontoh pemahaman agama Islam di Indonesia yang bisa beradaptasi dengan nilai-nilai lokal”. ucapnya lagi.

Di sisi lain, Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siradj menjelaskan, bahwa pemahaman Islam yang kokoh, membawa pesan damai itu merupakan sebagian dari ciri Islam Nusantara.

“Praktek keislaman yang dilakukan oleh umat muslim di Indonesia selama berpuluh abad lamanya dan membawa kedamaian untuk bangsa ini sudah saatnya untuk diekspor kenegara lain, khususnya Timur Tengah yang selama ini masih terus menerus dalam konflik,” Ujarnya.

Islam Nusantara juga tidak pernah mempertentangkan antara Islam dan Nasionalisme. Bagi Nahdlatul Ulama (NU), Islam tidak pernah bertentangan dengan nasionalisme. Hal ini telah diajarkan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari, pendiri organisasi NU.

Seperti yang dikutip oleh Kiai Said Aqil, bahwa pendiri NU tersebut meyakini bahwa agama dan nasionalisme merupakan fondasi kokoh bagi setiap bangsa yang ingin maju, damai dan sejahtera. Disini dapat disimpulkan bahwa Indonesia bukanlah negara agama akan tetapi negara yang bergama.

“Hadratussyaikh Hasyim Asyari sudah mengajarkan kepada kita bahwa hubbul wathon minal iman yang berarti cinta tanah air bagian dari iman, pemahaman inilah yang tidak dimiliki oleh kebanyakan ulama Timur Tengah sehingga mereka terus dilanda konflik politik,” terangnya lagi.

Bagi Kiai Said Aqil, kompatibilitas agama dan nasionalisme inilah yang dia sebut sebagai salah satu ciri dari Islam Nusantara. “Konsep inilah yang dirumuskan oleh Kiai Hasyim Asyari”. Pungkasnya

Konferensi yang mengusung tema “Islam Nusantara; Inspirasi dan Solusi untuk peradaban dunia” ini dihadiri kurang lebih dari 400 delegasi yang berasal dari 33 negara dan tiga hari, yakni 09 sampai 11 Mei.(*/Poy)

0 Komentar